Sabtu, 19 Juli 2008

Masih Oliver Twist...

Setelah tertunda cukup lama, akhirnya bisa mempublikasikan lanjutan komentar murid-murid 4T tentang drama Oliver Twist. Sepertinya tulisan ini akan di publikasikan dalam beberapa tulisan, ga pa pa ya?

Dimas:
Lelah sekali. Kita berlatih Oliver Twist setiap hari. Lalu, kita membuat setting seperti rumah Fagin, rumah Brownlow, dan London. Pada saat membuat setting, ada yang tidak sengaja menumpahkan cat di rumah Brownlow. Anak-anak perempuan merasa kesal karenanya. Tapi yang menumpahkan cat meminta maaf. Untung hasilnya masih bagus. Aku juga membuat kupu-kupu di rumah Brownlow dan hasilnya besar sekali!

Kali ini latihannya seru sekali. Latihannya divideokan dan kami ditonton oleh teman-teman dari 4A! Kami menjadi tegang karenanya. Aku berperan sebagai Mr.Brownlow dan koki di workhouse. Walaupun ada sedikit kesalahan, tapi latihannya cukup sukses.

Hari yang ditunggu-tunggu telah datang , Open Day, 29 Mei 2008. Orang tuaku dating walaupun agak terlambat. Cukup banyak orang tua yang datang, sayangnya listrik di sekolah tiba-tiba mati. Akhirnya kami menyalakan lilin. Saat pertunjukan akan dimulai, aku merasa takut, tegang, malu, tapi juga senang. Untunglah pertunjukan kami berjalan dengan lancer dan sukses.


Naura:
“Duh, panas amat, sih?”. Beberapa kali keluhan itu meluncur dari mulut anak-anak kelas 4T. Memang, saat itu di sekolah listriknya lagi mati. Semua kelas jadi gelap dan pengap. Kami saat itu sedang latihan untuk Open Day Drama Oliver Twist. Hari Kamis, 29 Mei 2008 adalah hari besar. Betapa senangnya murid bila ayah atau ibunya datang. Dan salah satu dari sekian banyak anak itu adalah aku. Ibuku datang!

“Yeee, Snack time!!! Huhu!”, teriakan itu terdengar dari setiap penjuru kelas 4T. Karena waktunya sempit, kami makan di kelas. Duh, sudah mau dimulai nih, desahku dalam hati. Banyak ortu yang telah datang. Ibuku juga sudah datang. Tapi aku resah sekali. Awalnya aku tidak PD, tapi aku tidak boleh begitu! Aku tidak boleh malu-malu. Itu ulah pengecut dan aku tak mau jadi pengecut. Lagi pula aku tak mau mengecewakan Bunda, Ayah, dan para orang tua lainnya. Aku bertekad untuk bermain bagus.

Jam 9.40, lirikku ke jam dinding. “Waktunya untuk tampil”. Para orang tua telah berjejer duduk di kursi. Setelah semuanya tenang, Bu Thesi memberikan sambutan, diikuti oleh Aku, Kemal, dan Sasha ke panggung. Kami membacakan narasi, lalu diikuti penampilan oleh teman-teman lainnya. 1 jam berlalu, kepanasan, lalu Bu Thesi memanggil seluruh pemain untuk tampil di panggung pada akhir pertunjukan. Kami semua berlarian mencari orang tua masing-masing keluar kelas sembari menikmati hawa dingin. Aku sangat senang karena dapat menyenangkan orang lain.

2 komentar:

street fighter mengatakan...

hai ms. thesy... pa kbr??? baru liat lg blog 4T nih... wah kl soal pentas OT gak ada yg ngalahin dehh... tob markotob... *bangga*

Anonim mengatakan...

Hay bu thesi! ini danis. masih kenal kan? bu thesi, maaf danis gak dateng saat hari ke-3 traditional games week!!! Ceritanya bagus kok!! Top abezzz