Rabu, 27 Februari 2008

Misteri PR Matematika

Hmm..Ini cerpen yang ditulis oleh Naura lho...Judulnya 'Misteri PR Matematika'.

Begitu sampai rumah, langsung kulempar tas sekolahku ke kursi. Huh...hari ini Pak Adam menjengkelkan sekali. Gara-gara aku tidak membuat PR, aku dihukum berdiri di pojok muka kelas. Kaki menyilang, tangan kanan memegang telinga kiri, dan tangan kiri memegang telinga kanan. Temanku sekelas menertawakanku, bahkan Evelyndya, sahabat karibku, ikut menertawakanku. Tadi,waktu jam istirahat pertama, kucegat dia di depan kelas. "Lindya, mengapa kau ikut menertawakanku?" bentakku. "Habis, gayamu lucu sih, seperti bangau
mengincar katak, ha...ha...ha...", sambil tertawa ia menjawabku. Hampir ku cubit lengannya. Tapi ia sudah melesat ke halaman sekolah. Huh, panas hatiku kalau mengingat gurauannya. Awas kamu Lindya!. Jika bertemu dengannya, akan ku cubit lengannya.

Sejujurnya, aku belum mengantuk, aku masih ingin bermain perang-perangan dengan adikku. Tapi, lebih baik aku tidur saja, daripada kupingku copot kena jewer ibu.
Aku pun berbaring. Aku pun tertidur, dan ... aku merasa aku ada di padang rumput yang luas. Di situ, aku memimpin pasukan serdadu, tapi seragamku sedikit berbeda. Aku mempunyai berbagai penghargaan medali yang berderet di selendangku. Eh... tapi agak aneh, bukannya membawa senjata, tapi membawa sekeranjang tomat. Hi hi hi...lucu ya!
"Jendral, kelihatannya mereka sudah siap perang tomat", bisik anak buahku. "Hah, mereka siapa?", tanyaku bingung. "Mereka itu", tunjuk anak buahku ke depan. Oh astaga! Orang-orang Indian?! Aku kok tadi tak melihat mereka? Ketua suku Indian itu berada paling depan, ia memakai ikat kepala bulu-bulu berwarna putih. Anak buahku
menyodorkan teropong untuk melihat dengan jelas. Ternyata kepala suku Indian itu Pak Adam! Walau mukanya coreng-coreng, aku masih bisa mengenalinya "Pasukan, ayo perang!", perintahku. Kami mulai melempar tomat. Pasukan Indian mundur. Kami tambah
semangat untuk melempar. Tapi, wah...pasukan Indian mulai membalas. Ceprot, ceprot, bajuku, mukaku,hidungku, semua kena tomat. "Pasukan, ayo maju,maju...maju".

"Eh ayo, bangun, bangun, kok sore-sore mimpi, ibu membuat pisang goreng, lo" Ibu kok, mengacaukan mimpiku, padahal tadi sedang seru-serunya. Dengan kesal aku bangun, mengambil handuk, dan masuk ke kamar mandi.

Malamnya, ibu menyuruhku membuat PR. Uhhh, padahal PR adalah kata yang paling aku benci di dunia. Pusing, angka...angka...angka, semua angka! Aku pun lari ke kamar Kak Ana, kakakku yang paling sulung. "Kak, tolong aku dong, mengerjakan PR matematika", pintaku," Sudah dicoba kerjakan belum?", tanya Kak Ana. "Baru melihat saja, sudah pusing aku kak" jawabku.

Aku mendekati sebuah poster baru di dinding kamar Kak Ana yang bergambar anak yang sedang berjongkok menggambar segitiga di lantai. "Itu siapa Kak?" tanyaku, 'Gambar Blaise Pascal", jawab kakak sambil merapikan kamarnya yang agak berantakan. " Ia sudah tertarik matematika sejak umur 7 tahun, dan ia menemukan misteri segitiga." jelas kakak. "Misteri apa memang yang ada di dalam segitiga?", tanyaku. "Kalau kakak
jelaskan sekarang pasti kamu tidak mengerti, kakak punya misteri untuk kamu dan kakak yakin kamu dapat memecahkannya" kata Kak Ana. "Apa misterinya?" tanyaku lagi. "Misterinya ya...PR kamu itu" kata Kak Ana. Ya sudah aku pun mengalah dan mengerjakan PR itu.

Tiap soal aku teliti dan aku kerjakan, huh, selesai juga. Aku teriak ke kamar Kak Ana bahwa aku sudah selesai. Kak Ana pun mencabut poster Blaise Pascal dan menempelkannya di dinding kamarku.

Malamnya, setelah pamit tidur, aku mengucapkan terima kasih pada Kak Ana. Aku pun terlelap. Aku mimpi lagi, masih seperti tadi tapi agak berbeda. Hanya ada aku dan Kepala suku Indian, Pak Adam, membahas tentang matematika. Tak lama kemudian datang Lindya membawa es jeruk, katanya untuk kami berdua, sang ahli matematika!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

your idea so original...unpredictable...
keep on writing...

Anonim mengatakan...

Hi students nice to know and read your own blog!bravo!ms.indah.librarian teacher.:-)